Sabtu, 05 Januari 2008

Arti Kepuasan dan Mencari Sumber Kehidupan

Oleh: Ainul Yaqien


Kehidupan adalah saat-saat yang terus berlalu dan
kesulitan yang terus berulang-ulang
Puaslah dengan kehidupanmu yang kau ridlai
Tinggalkan hawa nafsumu, niscaya engkau hidup merdeka
Boleh jadi kematian yang di giring oleh emas, permata, dan mutiara
Arti kepuasan bukan sikap seseorang meninggalkan kerja, lalu menunggu belas kasihan orang-orang kaya, baik sedikit atau banyak. Yang demikian itu adalah kehinaan dan kenistaan bagi jiwa. Tetapi, kepuasan adalah sikap tidak meminta-minta kepada makhluk sehingga bagi seseorang sumber kehidupan adalah demi menafkahi diri dan keluarganya dengan rasa puas atas apa yang dianugerahkan oleh-Nya, baik sedikit atau banyak.
Ibnul Jauzi berkata, "Di dunia tidak ada kehidupan selain bagi seorang alim atau seorang yang zuhud (menjauhi kesenangan duniawi). Benar, terkadang kejernihan keduanya tercemari oleh kekeruhan. Yaitu, seorang alim itu sibuk dengan ilmu dan memutuskan diri dari kegiatan bekerja, sedangkan terkadang ia memiliki tanggungan keluarga. Mungkin akan disampaikan kepada yang berwenang dan rusaklah kondisinya. Demikian pula seorang yang zuhud.
Seharusnya seorang yang alim atau ahli ibadah selalu bergerak dalam mencari sumber kehidupan. Misalnya, menjadi penulis yang mendapatkan gaji atau bekerja dengan menganyam daun kurma sekalipun. Jika dibukakan baginya sedikit sesuatu, ia akan merasa puas dengan hasil yang sedikit, namun ia tidak diperbudak oleh seseorang. Sebagaimana Imam Ahmad Bin Hanbal, ia memiliki gaji kemungkinan tidak mencapai satu dinar yang dimanfaatkan untuk kebutuhan makanannya. Jika ia tidak merasa puas, hancurlah agamanya ketika dekat kepada sultan dan orang-orang awam.
Di tengah-tengah orang banyak ada yang hendak membuat ruang makan yang lapang, sebagian lagi dirinya tidak siap menghadapi kerasnya kehidupan. Sungguh amat jauh agama menjadi baik dengan hanya menghendaki kelezatan.
Jika seorang alim dan seorang zahid merasa puas dengan apa yang telah cukup bagi keduanya, tidak perlu salah satu dari keduanya itu mengeluarkan sesuatu untuk sultan dan tidak pula melamar di depan pintu untuk dijadikan pembantu. Seorang yang zahid tidak perlu beralasan dengan alas an yang dibuat-buat.
Kehidupan yang enak adalah untuk orang yang telah putus, yang tidak mengeluarkan harta dan tidak pula membawa kelemahan".
Orang yang memiliki kepuasan akan menjadi kaya dengan kepuasannya sekalipun tidak memiliki harta dan sama sekali tidak memiliki dunia. Allah SWT berfirman, "Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang dengan cara mendesak." (Al-Baqarah 273)
Dia juga menjadi orang yang bebas dan merdeka. Telah bebas dari penyembahan kepada harta dan budak ketamakan. Sebagaimana dikatakan oleh Al-Kindi: "Seorang hamba merdeka jika telah merasa puas, Seorang merdeka adalah budak jika ia tamak.
Rasa puas adalah sebab timbulnya ketenangan, ketentraman, rasa senang hati, khusyu’ untuk ketaatan dan ibadah. Sebaliknya, tamak dan serakah membuahkan kesedihan, kenestapaan, berbagai pikiran, berbagai bentuk kegoncangan jiwa, kesedihan, stress, dan berbagai penyakit yang lain.
Jika nafsu telah diciptakan dengan sifat tamak dan rakus, disana ada obat untuk itu, merupakan sebuah sifat yang bisa di upayakan, yaitu rasa puas.Nabi SAW bersabda: "Sungguh Jibril meniup sehingga mengejutkanku bahwa suatu jiwa tidak akan mati hingga sempurna ajalnya dan mendapatkan rezekinya. Maka, bertaqwalah kepada Allah dan baguskanlah cara meminta kepada-Nya. Jangan sekali-kali lambatnya rezeki datang kepadamu menjadikanmu memintanya dengan berbagai maksiat kepada Allah Azza wa Jalla. Karena, tidak akan mendapatkan apa-apa di sisi Allahselain dengan ketaatan kepada-Nya". (Di riwayatkan oleh Al-Bazzar dan Abu Na’im,Di shahihkan oleh Al-Albani).
Orang yang tidak merasa puas tidak akan kenyang selamanya, sekalipun memiliki harta yang banyak jumlahnya. Pikirannya dipacu untuk memikirkan cara mendapatkan harta. Padahal apa yang tidak ditakdirkan tidak akan dapat dicapainya, hanya kelelahan Fisik dan mental yang didapat. Wallahu a'lam bish-shawab

Tidak ada komentar: